Rabu, 09 Juli 2014

INKULTURASI MUSIK GEREJA

Istilah inkulturasi dipakai oleh Magisterium Gereja dan mendefinisikannya yaitu penjelmaan injil di dalam kebudayaan pribumi dan masuknya kebudayaan dalam hidup Gereja. Inkulturasi berarti perubahan batin dari nilai-nilai budaya pribumi melalui pengintegrasian nilai tersebut ke dalam agama Kristen serta melalui penanaman agama Kristen di dalam pelbagai kebudaya 
Istilah inkulturasi muncul dengan berpangkal dari konsep antropologi enkulturasi (penyesuaian diri seorang pribadi manusia ke dalam suatu budaya tertertu, agar menjadi bagian budaya itu) dan akulturasi(perjumpaan antar budaya dan penerimaan unsur-unsur budaya dari suatu budaya asing). Inkulturasi menunjuk suatu proses permanen, dimana Injul diungkapkan ke dalam suatu Sosio-politik dan religious-kultural sehingga injil itu tidak hanya terungkapkan melalui unsur-unsur situasi itu melainkan Injil itu menjadi daya dan kekuatan yang mengilhami, membentuk dan merubah atau mentranformasikan situasi tersebut.
Untuk memahami dan mengerti secara lebih mendalam tentang inkulturasi, sudah ada beberapa pakar yang berusaha merumuskan mengenai  inkulturasi, antara lain "Inkulturasi Gerejani adalah integrasi pengalaman gereja lokal ke dalam kebudayaan-kebudayaan masyarakatnya sedemikian rupa, sehingga pengalaman itu tidak hanya mengungkapkan diri melalui unsur-unsur kebudayaannya sendiri, bahkan  menjadi kekuatan yang menyemangati, mengarahkan dan memperbaharui kebudayaan tersebut sehingga menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja dalam kebudayaan yang bersangkutan, tetapi juga sebagai sesuatu yang memperkaya gereja" (A. Roest Crollius S.J)
Prier (1995:5) menyebutkan bahwa tahap-tahap inkulturasi dibagi dalam beberapa tahap:
a.    Tahap terjemahan; syair lagu dari bahasa asing diterjemahkan dalam bahasa indonesia dan atau bahasa daerah dengan dipertanyakanya lagu asli. Pada tahap ini proses inkulturasi belum dimulai; terjemahan hanya merupakan suatu pendahuluan untuk inkulturasi.
b.      Tahap perpindahan ; sebuah lagu daerah diambil alih begitu saja dengan diganti syairnya. Usaha ini baik namun hasilnya kurang baik. Malah dapat menimbulkan banyak kesulitan karena fungsi benda kebudayaan yang dipindah itu tetap sama seperti semula sehingga terjadi perpindahan lahiriah saja.
c.    Tahap penyesuaian; Dalam tahap ini unsur kebudayaan disesuaikan dengan tempat/ perana baru dalam ibadah; ia mengalami suatu perubahan. Dalam tahap ini fungsi asli unsur kebudayaan ikut dipikirkan dan dicarikan fungsi yang sesuai dalam ibadah.
d.  Tahap kreasi baru; Dalam tahap ini suatu unsur kebudayaan tidak diambil alih atau disesuaikan, tetapi diciptakan suatu unsur baru khusus untuk ibadah berdasarkan kebudayaan setempat.

Untuk melaksanakan inkulturasi secara baik harus selektif karena, tidak semua unsur budaya dipakai dalam liturgi. Semua yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan inkulturasi dapat menentukan unsur-unsur yang menjadi bagian dari kebudayaan dapat diangkat ke dalam liturgi agar tidak membahayakan dengan menimbulkan akibat negatif terhadap iman dan devosi kepada  Tuhan. Maka perlu juga adanya sikap luwes atau fleksibel yaitu dialog dan kerja sama yang baik dengan umat setempat dalam mengusahakan inkulturasi. Harus disadari pula bahwa inkulturasi dilaksanakan secara cermat dan bertahap

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Horas bang,
    Mau bertanya jika musik tradisional kita bawa ke dalam peribadahan, namanya "inkulturasi" atau "enkulturasi" atau "akulturasi" bang? Terima kasih ya bang 😊

    BalasHapus